Kamis, 17 Januari 2013

Aku bersyukur menjadi IBU...

Bismillahirrahmanirrahim,

Menjadi jadi ibu itu dulu aku pikir adalah pekerjaan yang sederhana, tinggal mengurus anak, rumah dan suami. Tapi ternyata seiring berjalannnya waktu( kurang lebih 7th menjadi ibu) itu adalah pekerjaan paling berat yang pernah aku jalani. Meski demikian ini jg sekaligus pekerjaan paling menyenangkan.

Sebagai ibu aku dituntut untuk bisa memasak, membersihkan rumah, menjaga, mencari nafkah juga utk membantu swami. Kalau ditulis satu persatu mungkin tidak muat. Tapi ada beberapa hal yang mungkin dilupakan sebagian ibu-ibu, bahwa menjadi ibu itu juga memerlukan teori atau pengetahuan yng cukup sebelum kita menjalani. Tidak bisa hanya mengandalkan naluri keibuan. Sayangnya, jarang sekali ada seminar parenting di tempatku, dan kalaupun ada pasti pesertanya hanyalah ibu-ibu saja. Padahal seharusnya mereka2 yang belum jadi ibu juga wajib tahu. Sehingga pada saat mereka jadi ibu sudah tahu rambu2 atau pengetahuan tentang parenting.

Begitulah pekerjaan ini begitu penuh tantangan dan melelahkan serta mengasyikkan. Pada saat usia Batita aku begitu harap harap cemas dengan pekembangan fisiknya, saat balita mulai sibuk memperkenalkan alat-alat tulis dan buku sampai-sampai harus seperti anak-anak lagi. Dan menginjak usia 7 tahun sekarang ini sebagai ibu harus lebih kritis lagi ikut memikirkan pelajaran pelajaran sekolahnya, mencemaskan akidah akhlaknya, mengkhawatirkan siapa dan bagaimana teman-temannya. Ya Allah ini lebih rumit lagi.

Harapanku semoga kelak mereka tumbuh menjadi anak sholeh sholihah tentunya. Walaupun aku harus keluar biaya lebih untuk sekolah si sulung karena jarak sekolah cukup jauh, tapi pendidikan yang murah dan berkualitas tetap jadi prioritasku untuk mereka belajar. aku kuarng setuju dengan pendidikan yang sedikit dikit uang atau pendidikan yang mengabaikan pelajaran agama islamnya walaupun lebih murah. Bagiku pendidikan agama itu sangat penting diatas pendidikan umum. Dan pilihanku jatuh pada MI dibawah yayasan Banu Ibrahim.

Sedangkan untuk si kecil Aisyah ternyata mengasuhnya juga tak kalah seru dengan kakaknya, tapi kali ini sepertinya aku lebih siap untuk menjadi ibu. Mungkin karena sudah punya pengalaman mengasuh sebelumnya. Ditambah informasi dan pengetahuan tentang parenting sangat mudah aku dapat di internet. Dan saat-saat paling mendebarkan bagiku adlah saat pemberian vaksin atau imunisasi. Jujur aku masih takut dengan dampak buruk imunisasi walaupun persentase gagalnya masih jauh lbih sedikit dibanding manfaatnya. Tapi tetap saja aku merasa deg-degan, karena kenyataannya juga masih banyak orang yang menentang imunisasi. Aku hanya bisa berdoa semoga semua baik baik saja. Karena memang sulit bagiku untuk menolaknya. Dan sekarang pemberian vaksinnya sudah lengkap dari posyandu.

Fase demi fase telah kujalani sampai saat ini, aku begitu menikmati mengasuhnya sambil bekerja di rumah. Aku sangat bersyukur bisa bekerja tanpa meninggalkan anak-anak. Walaupun aku tidak punya kantor atau instansi seperti layaknya para pekerja atau mungkin tidak punya seragam keren tapi toh aku masih punya income. Sejak aku sadar bahwa  menjadi ibu itu  adalah tugas UTAMA ku , aku tidak lagi tertarik dengan kerennya pekerjaan di luar rumah. Justru aku akan merasa rugi kalau aku harus kehilangan moment paling berharga yaitu mendampingi tumbuh kembang mereka. Dan kalaupun aku ingin berwiraswasta sepertinya juga banyak peluang untuk itu. Tapi aku harus berfikir 2 kali untuk menambah kesibukanku. Karena kadang uang tak seberapa bila dibandingkan dengan tugas utama ini. Mungkin keinginan ini harus aku tunda dulu sampai 5 atau 10 tahun lagi. Semoga Allah masih memberikan peluang itu untukku.

Begitulah menjadi ibu sangat menyenangkan dan kurasa tidak ada pekerjaan wanita yang lebih mulia dari ini. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini. Dan tentunya semua ini juga butuh dukungan para ayah agar istrinya bisa menjadi ibu sejati. Jangan biarkan para ibu yang justru harus menjadi tulang punggung keluarga, sampai-sampai harus menjadi TKW keluar negeri. Para suami juga harus lebih kreatif dan tidak malas mencari nafkah, agar faktor ekonomi tak jadi alasan para ibu untuk meninggalkan tugasnya.  Semangat semangat.... terus ibu.... aku membutuhkan kehadiranmu lebih dari hadiah-hadiahmu......




Tidak ada komentar:

Posting Komentar